kitab,gadget,android

Senin, 15 Februari 2016

MANAQIB ABDULLOH BIN MUBAROK DAN HAMBANYA TERJEMAH

         Abdulloh mempunyai seorang hamba,Seseorang memberitahu Abdulloh :

        " Hambamu setiap hari membongkar kuburan dan memberikan hasilnya kepadamu."

          Pengaduan ini sangat menggelisahkan Abdulloh. Suatu  malam dibuntutinya hambanya itu.
Si hamba pergi ke sebuah pekuburan lalu membuka sebuah kuburan.Ternyata didalamnya ada tempat untuk solat. Abdulloh yang menyaksikan semua ini, dari kejahuan merangkak menghampiri.
Terlihatlah olehnya sihamba yang menggunakan pakaian dari karung dan tali pengikat leher. Kemudian sihamba mencium tanah sambil meratap. Menyaksikan kejadian ini Abdulloh menangis dan dengan diam- diam meninggalkan tempat itu dan duduk di suatu pojok yang terpisah jauh dari situ.

         Hambanya tetap berada di dalam kuburan itu dan ketika fajar tiba barulah ia keluar,menutup kuburan itu kembali, lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan solat subuh.

          Setelah selesai solat, si hamba berseru dalam doanya : Tuhanku, hari telah siang pula. Tuanku diatas dunia ini akan meminta uang dariku. Engkau adalah sumber kekayaan bagi orang orang miskin. Berikanlah uang kepadaku  dari sumber yang hanya engkaulah yang tahu.

            Sesaat itu juga , sebuah sinar membersit dari langit dan sekeping dirham perak jatuh ketangan si hamba. Abdulloh tidak bisa menahan dirinya lagi. Iapun bangkit, di rangkulnya kepala hambanya itu kedadanya lalu di ciuminya.

             Dengan seribu jiwa barulah  aku mau melepaskan seorang hamba yang seperti engkau ini. Sesungguhnya engkaulah yang menjadi Tuan  bukan aku."

             Setelah menyadari apa yang terjadi, si hamba berseru :" Ya, Alloh. kini Setelah penutup  diriku di ketahui orang. Tiadalah ketenangan bagiku di atas dunia ini. Demi kebesaran dan keagunganmu kumohon kepadamu.Janganlah engkau biarkan aku tergelincir  karena diriku sendiri. Oleh karna itu  cabutlah nyawaku sekarang ini juga"

          Kepalanya masih dalam dekapan  "Abdulloh , ketika ia menghembuskan  nafasnya yang terakhir. "Abdulloh membaringkan tubuhnya, mengkafaninya.

           Kemudian mayat hambanya yang memakai pakaian  karong itu, dimakamkannya didalam kuburan itu pula.

         Malam itu  didalam mimpinya " Abdulloh melihat  Penguasa Alam semests, dan SahabatNya . Ibrahim
Yang menyertaiNya.Masing- masing mengendarai kuda yang gagah perkasa. Keduanya bertanya : " Abdulloh , mengapa engkau menguburkan sahabat kami dalam pakaian karung ? " Namun dalam aplikasi keseharian, apa yang terjadi? Orang muslim yang melaksanakan shalat dipaksa untuk berdiam, konsentrasi ketika melaksanakan shalat. Padahal pesan esensialnya adalah, agar pikiran yang liar diperlihara dan digembalakan agar tidak liar. Sebab pikiran yang liar pasti menggagalkan pesan khusyu’ tersebut. Khusyu’ itu adalah buah dari shalat. Sedangkan shalat hakikatnya adalah eksperimenmanunggal dengan Gusti. Manunggal itu adalah al-Islam,penyerahan diri . Sehingga doktrin manunggal bukanlah masalah paham qadariyah atau jabariyah, fana’ atau ittihad.Namun itu adalah inti kehidupan. Khusyu’ bukanlah latihan konsentrasi, bukan pula meditasi. Konsentrasi dan meditasi hanya salah satualat latihan menggembalaan pikiran. Wajar jika Syekh Siti Jenar menyebut ajaran para wali sebagai ajaran yang telah dipalsukan dan menyebut shalat yang diajarkan para Wali adalah model shalatnya para pencuri.Puasa Zakat dan HajiTIGA PULUH SEMBILAN“Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Mekah, itu semua omong kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar. Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanyabesok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini tidak masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setiapada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.” .Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson kabeh”(sudah tidak adayang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.”Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkanmenjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb. Namun dalam aplikasi keseharian, apa yang terjadi? Orang muslim yang melaksanakan shalat dipaksa untuk berdiam, konsentrasi ketika melaksanakan shalat. Padahal pesan esensialnya adalah, agar pikiran yang liar diperlihara dan digembalakan agar tidak liar. Sebab pikiran yang liar pasti menggagalkan pesan khusyu’ tersebut. Khusyu’ itu adalah buah dari shalat. Sedangkan shalat hakikatnya adalah eksperimenmanunggal dengan Gusti. Manunggal itu adalah al-Islam,penyerahan diri . Sehingga doktrin manunggal bukanlah masalah paham qadariyah atau jabariyah, fana’ atau ittihad.Namun itu adalah inti kehidupan. Khusyu’ bukanlah latihan konsentrasi, bukan pula meditasi. Konsentrasi dan meditasi hanya salah satualat latihan menggembalaan pikiran. Wajar jika Syekh Siti Jenar menyebut ajaran para wali sebagai ajaran yang telah dipalsukan dan menyebut shalat yang diajarkan para Wali adalah model shalatnya para pencuri.Puasa Zakat dan HajiTIGA PULUH SEMBILAN“Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Mekah, itu semua omong kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar. Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanyabesok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini tidak masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setiapada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.” .Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson kabeh”(sudah tidak adayang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.”Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkanmenjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar